Keberadaan seni dan keteramubpilan membatik di Wonogiri berhubngn erat dengan sejarah panjang batik di Kesunanan Surakarta. Tradisi membatik di wonogiri awalnya di perkenalkan oleh seorang abdi dalem Pura Mangkunegaran yang berjuluk Kanjeng Wonogiren sekitar tahun 1910-an. Dari pemikiran dan tahngannyalah tercipta berbagai motif batik yang kemudian disebut batik Wonogiren. Batik tulis Wonogiren akhirnya menjadi salah satu identitas dan ciri khas kebanggaan masyarakat Wonogiri.

     Batik Wonogiren memiliki keunikan yang kemudian menjadi daya tarik, yaitu berupa remukan (retakan) pada desain batiknya. Pada awalnya remukan itu tercipta karena faktor ketidak sengajaan saat proses membatik. Namun demikian, Justru masyarakat penggemar batik mengira bahwa remukan-remukan tersebut merupakan ciri khas dari batik Wonogiren. Desain remukan pada batik Wonogiren terlihat seperti alami dan indah. Akhirnya, masyarakat pun menggemari batik wonogiren karena desain remukannya itu.

      Beberapa motif batik Wonogiren Tradisi Tirtomoyo antara lain motif Sido Mulyo, motif Sido Asih, motif Sido Drajat, motif Ratu Ratih, motif Wahyu Temurun, motif Manyar Sewu, motif Suryo Suwito, motif Tirto Tedjo Kusumo, dan motif Simbar. Sedangkan, beberapa motif Wonogiren Pengembangan antara lain, motif Gajahan, motif Alas-alasan, motif Satriyo Manah, motif Kupu Kongket, dan motif Urang.

      Dalam pengembangannya, masyarakat penggemar batik Wonogiren berkeinginan ditampilkan motif batik dengan ciri khas budaya serta kondisi geografis, sosial, fenomena dan potensi setempat. Perkembangan motif itu tentu merupakan pengembangan dari pola batik klasik Keraton Surakarta. Berapa contoh motif batik tersebut antara lain motif Keladi, motif Jemani, motif Gelondong kayu, dan motif Serat Kayu.

Sumber: Ensiklopedia The Heritage Of Batik - Identitas Pemersatu Kebanggaan Bangsa (penulis: Primus Supriono)