Pembatik Rifaiyah Muda Tinggal 10 Orang
BATANG – Kalipucang Wetan menjadi salah satu sentra penghasil Batik Rifaiyah Batang, selain desa Watesalit. Saat ini sendiri ada sekitar 120 pembatik Rifaiyah di Kalipucang Wetan. Namun dari jumlah tersebut, hanya 84 yang masih aktif untuk memproduksi Batik. Sayangnya, dari 84 pembatik, hanya tersisa sekitar 10 orang yang berusia di bawah 30 tahun.
Kondisi inipun membuat salah satu pembatik Rifaiyah, Miftakhutin merasa miris. Ia khawatir suatu saat Batik Rifaiyah akan punah di tengah kemajuan globalisasi ini.
“Saya sebenarnya khawatir Batik Rifaiyah ini akan punah. Karena pembatik rifaiyah yang tergolong muda, yakni umurnya kurang dari 30 tahun tinggal 10 orang saja. Dan saat ini banyak generasi muda Batang sendiri yang belum sadar untuk nguri-nguri Batik Rifaiyah,” tuturnya saat ditemui di sela-sela kegiatannya, Senin (29/8).
Perempuan yang kerap disapa Utin ini mengaku, banyak faktor yang mempengaruhi minimnya minat generasi muda dalam membatik. Salah satunya adalah kurangnya waktu bagi mereka untuk belajar.
“Kalau anak muda dulu jarang ada kegiatan, jadi kalau pulang sekolah biasanya nimbrung orang tua yang sedang mbatik. Kami pun jadi penasaran dan kemudian ikut-ikut mbatik. Walaupun awalnya hanya sekadar dolanan saja. Tapi kemudian akhirnya kami mendalami dan jadi bagian sehari-hari. Kalau anak muda sekarang kan habis sekolah ada kegiatan sore, setelah itu ngaji, kemudian belajar, terus tidur. Jarang ada waktu senggangnya.”
Selain faktor waktu, banyak anak muda yang belum sadar penuh bahwa membatik tak hanya sekadar pekerjaan. Tetapi membatik merupakan bagian dari nguri-nguri budaya. Menurutnya itu salah satu faktor utama yang mempengaruhi.
“Anak muda jaman sekarang inginnya kerja yang instan, langsung dapat gaji. Karena kebutuhannya memang banyak juga sih ya, nggak seperti zaman dulu. Sekarang butuh kosmetik, pulsa dan sebagianya. Jadi cari kerja ya yang harus menjamin. Kalau membatik katanya tidak keren dan butuh waktu yang lama untuk mendapatkan uang. Makanya kalau ingin membatik harus ada mindset juga untuk upaya pelestarian budaya. kalau orientasinya uang saja ya ndak bisa.”
Ia pun mengapresiasi, sekarang ini sudah mulai tumbuh kesadaran anak muda Batang untuk melestarikan dan mempelajari Batik Rifaiyah. Salah satunya yang dilakukan oleh komunitas Omah Canting. Ia berharap nantinya akan muncul kembali generasi baru pembatik rifaiyah. Sehingga kekhawatirannya akan eksistensi Batik Rifaiyah dapat teratasi.
“Membatik itu memang tidak bisa dijadikan pekerjaan utama. Saya sendiri mbatik tak lakukan kalau ada waktu senggang. Ya memang lama jadinya, bisa sampai enam bulan satu lembar kainnya. Tapi ya memang harus bersabar, karena itu letak seninya. Ya alhamdulillah kalau ada anak muda yang mau belajar seperti ini. Semoga nantinya dengan begitu lahir generasi baru pembatik rifaiyah, Sehingga Batik rifaiyah akan eksis sampai nanti,” tandasnya.(http://www.radarpekalongan.com/)
Komentar
Belum Ada Komentar